Wajahnusantaraku.com, Jakarta - Hari ini, Rabu,18 Januari 2017, Presiden Jokowi didampingi
Mensesneg, Pratikno, menerima pimpinan PGI yang terdiri dari Ketua Umum
(Pdt Henriette Lebang), Sekretaris Umum (Pdt Gomar Gultom), dan Ketua
(Pdt Albertus Patty) di Istana Negara, Jakarta.
"Berbagai bentuk aksi intoleransi dan pemaksaan kehendak
yang marak terjadi belakangan ini adalah akibat dari sebuah proses
panjang yang selama ini tak begitu dirasakan. Fenomena Nopember-Desember
lalu adalah akibat dari pembiaran yang panjang, terutama di sisi
ketimpangan ekonomi", demikian disampaikan oleh Presiden Jokowi ketika
menyambut kehadiran pimpinan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
(PG), pagi ini di Istana Negara.
Lebih lanjut, Presiden berkata, "Kita sekarang ini melihat
gerakan radikalisme yang dilakukan oleh organisasi-organisasi yang
difasilitasi demi kepentingan politik tertentu. Oleh karena itu, kami
meminta kepada Pimpinan PGI untuk menyampaikan kepada umat, bahwa
pemerintah kini berupaya mengendalikan keadaan. Organisasi-organisasi
yang meresahkan akan ditindak. Sudah ada langkah-langkah yang ditempuh
dan yang masih dipersiapkan. Jangan ada anggapan pemerintah takut atau
tidak melakukan apa-apa. Proses hukum satu demi satu sudah dimulai.
Ketika menyangkut eksistensi kita sebagai bangsa, ini masalah serius,
dan harus kita selesaikan. Kita hanya menunggu momentum yang tepat."
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden untuk meresponi
keprihatinan yang diungkapkan oleh Pimpinan PGI dengan maraknya
aksi-aksi intoleransi dan politisasi agama, yang mengganggu bukan saja
hubungan antar agama, tapi sudah menciderai konstitusi. PGI juga
menyampaikan keprihatinan dengan kecenderungan memaksakan kehendak lewat
pengerahan massa, sebuah kecenderungan yang kalau dibiarkan akan
menghambat upaya penegakan hukum.
Di awal percakapan, Ketua Umum PGI, Pdt Dr Henriette Lebang
mengapresiasi capaian dua tahun pemerintahan Jokowi-JK yang telah
menunjukkan kemajuan yang luar biasa, dibandingkan masa-masa sebelumnya,
seperti pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi dunia,
pembangunan infrastruktur yang merata dan langkah-langkah penertiban
menuju tata pemerintahan yang lebih hemat, efisien dan transparan, serta
pemangkasan beragam regulasi yang berbelit di bidang ekonomi. Ibu
Lebang juga menghargai langkah-langkah dan pendekatan yang dilakukan
oleh Presiden Jokowi berhubung dengan masalah yang berkembang
akhir-akhir ini terkait issu penodaan agama dan aksi-aksi yang
mengikutinya. Menurutnya, gereja-gereja di Indonesia tetap mendoakan dan
mendukung langkah-langkah Presiden, Wapres dan Kabinet dalam upaya
melindungi segenap warga serta mencerdaskan dan menyejahterakan
masyarakat
Pada bagian lain, Pdt Albertus Patty, salah satu Ketua PGI,
menyatakan keprihatinan atas pola pendidikan di sekolah yang belakangan
ini menjadi sangat segregatif. Olehnya, menurut Patty, betapa perlunya
penggalian kembali nilai-nilai Pancasila dan pendidikan
multikulturalisme dikembangkan di sekolah-sekolah. Hal ini disambut baik
oleh Presiden Jokowi dengan mengatakan, "Sudah saatnya pendidikan
dibebaskan dari paham-paham sektarian dan pemaksaan simbolik-simbolik
keagamaan. Olehnya pendidikan budi pekerti dan nilai-nilai kesantuanan
akan segera dimulai".
Masalah lain yang dibicarakan adalah masalah penyelesaian
pelanggaran HAM masa lampau, khususnya yang terjadi di Papua.
Secara
khusus Pdt Gomar Gultom, Sekum PGI, menyebutkan penyelesaian
masalah-masalah HAM Papua yang masih mengambang hingga kini. Tim
bentukan Menkopolhukam yang pada waktu lalu sudah mulai bekerja hingga
kini tak kunjung usai, termasuk masalah Paniai dll. Terhadap hal ini,
Presiden mencatat dan berjanji akan menindak-lanjutinya. "Dengan
menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu, akan tercipta rasa aman di
kalangan penduduk dan penyeleain tuntas masalah ini akan mencegah
kejadian berulang", imbuh Ketum PGI.
Pada bagian akhir percakapan, Pdt Gomar Gultom mengangkat
masalah RUU PUB yang muatannya masih memerlukan kajian mendalam, karena
bukannya menjamin kebebasan beragama yang diamanatkan oleh konstitusi,
tetapi malah memuat pembatasan-pembatasan. "Yang kita butuhkan adalah
pengaturan, bukan pembatasan, demi terjaminnya kebebasan beragama!",
ungkap Pdt Gomar Gultom. Dalam percakapan ini, PGI dan Presiden sepaham,
pembahasan issu sensitif seperti RUU PUB ini belum saatnya dilakukan di
DPR, dalam konstalasi politik seperti sekarang ini.
0 Response to "Pertemuan Pimpinan PGI Dengan Presiden RI di Istana Negara"
Post a Comment
1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL
Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.