Todora Radisic : Perbedaan Agama, Ras, Suku Tidak Perlu Diperdebatkan Lagi




WAJAHNUSANTARAKU.COM, Jakarta - Panasnya suhu politik saat ini khususnya di Papua karena pemahaman Kebhinekaan yang belum matang dimulai dari video UAS, Vidio Waloni, dan perkataan rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Kasus SARA yang sejatinya sudah selesai sejak 17Agustus 1945 kembali diperdebatkan dan di goreng-goreng. Indonesia mempunyai keberagaman agama dan suku yang sangat majemuk yang terdiri dari 714 suku dan memiliki 1.001 bahasa daerah berdasarkan info BPS, Sensus Penduduk 2010, ada 1.331 kelompok suku. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud memverifikasi 652 bahasa daerah yang berbeda 1991-2017. Pemerintah Republik Indonesia mengakui 6 agama yang ada Indonesia yaitu: Islam= Mesjid, Katolik= Gereja, Protestan= Gereja, Hindu= Pura, Buddha= Vihara dan Khonghucu= Klenteng/ Litang. Oleh karena itu perlu adanya toleransi, saling menghormati dan saling menghargai yang tinggi. Sebagai mahkluk sosial manusia berinteraksi dengan manusia yang lain dalam berbagai perbedaan dari mulai agama, golongan dan etnis/ RAS. Semua agama mengajarkan nilai kebaikan.

Indonesia mempunyai 4 pilar kebangsaan:

1. Pilar Pancasila.
Pancasila merupakan pilar pertama untuk kokokhny negara-bangsa Indonesia. Pemikiran dasar Pancasila sangat berperan sebagai pilar kehidupan dalam berbangsa dan bernegara adalah sila dalam Pancasila.
2. Pilar UUD 45.

UUD 45 merupakan pilar kedua. Masyarakat perlu memahami makna yang terdapat pada pembukaan UUD 45 tsb.
3. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bentuk negara NKRI didirikan para pendiri bangsa Indonesia yang memilih bentuk Negara Kesatuan yaitu NKRI.
4. Pilar Bhinneka Tunggal Ika.
Indonesia memiliki sembohyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda beda tetap satu jua yang diungkapkan oleh Mpu Tantular dari Kerajaan Majapahit.

Peran wanita sangat vital dalam berbangsa dan bernegara yang dimulai dalam keluarga. Dalam era globalisasi sekarang ini kesempatan wanita sejajar dengan kaum pria. Wanita sebagai benteng keluarga akan memulai mendidik anaknya untuk hidup berdampingan dengan antar agama dan suku/ RAS. Dengan demikian akan menciptakan bibit bibit penerus bangsa yang hidup penuh saling mengasihi dan mencintai sesamanya. Jangan pernah sungkan untuk menyuarakan perbedaan agama dan suku dalam keluarga masing2. Dengan demikian kita bisa mengetahui banyak hal sebagai contoh oh agama itu begitu cara berdoa nya dan kita jadi tau tradisi dari masing2 daerah.

Toleransi harus menjadi peran semua pihak. Para tokoh harus berupaya berperan untuk selalu menyuarakan kedamaian, kesejukan, ketenangan dan ketentraman. Di daerah konflik upayakan turunkan orang yang bisa bersikap netral sehingga tidak ada ikatan emosional yang keberpihakan atau masuk ke dalam konflik itu sendiri. Masyarakat harus bisa deteksi dini, cegah, menangkal dan antisipasi jika masuk ideologi lain selain Pancasila. Dengan demikian kita akan mampu menangkal ideologi lain yang masuk ke Indonesia yang berupaya merusak persatuan dan kesatuan serta melemahkan ketahanan pertahanan bangsa. 

Stabilitas negara harus dijaga karena keamanan itu penting untuk menjaga ketahanan ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan. Kita jangan mudah diadu domba atau terprovokasi. Berita atau info apapun harus di check dan recheck sehingga menghindari dari konflik antar agama, sesama agama maupun etnis/RAS. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kita semua bersaudara. Kami Indonesia dan tetap Indonesia. Ayo kita damai, ayo kita bersatu. [Todora Radisic]

1 Response to "Todora Radisic : Perbedaan Agama, Ras, Suku Tidak Perlu Diperdebatkan Lagi"

1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL

Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.