WAJAHNUSANTARAKU.COM, Jakarta-GKP Rehoboth Jatinegara Jakarta Timur menjadi tempat diselenggarakannya Hari jadinya yang ke 54 tahun PGIW Jakarta tepatnya tanggal 3 Juni 2019.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah DKI Jakarta (PGIW Jakarta) telah memotori pergerakan oikumene di ibukota. Maka di usia pelayanannya yang lebih dari setengah abad menjadi sebuah momentum yang patut untuk disyukuri. Ungkapan rasa syukur kemudian dituangkan dalam sebuah ibadah dan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) yang diselenggarakan di Gereja Kristen Pasundan (GKP) jemaat Rehoboth, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (17/06/2019).
Sejak sore hari gedung GKP Rehoboth Jatinegara nampak telah disesaki ratusan hamba Tuhan dan jemaat yang ingin bersekutu di ibadah syukur HUT 54 PGIW diperkirakan sekitar 350 orang hadir. Ibadah dipimpin mantan Sekretaris Umum Majelis Pekerja Harian GKP, Pdt. Supriatno M.Th. Persembahan pujian berupa paduan suara dan vocal group juga silih berganti dibawakan oleh gereja-gereja yang menjadi anggota PGIW Jakarta.
Pendeta Supriatno saat menyampaikan pesan kenabian mengutip firman dari Markus 2:1-12. Perikop ini bercerita tentang empat orang sakit yang membawa sahabat mereka yang lumpuh untuk bertemu dengan Yesus agar bersama-sama beroleh kesembuhan. Dari kisah tersebut Pendeta Supriatno berupaya mengingatkan para hamba Tuhan dan jemaat tentang prinsip keesaan gereja yang belakangan ini mengalami degradasi nilai. Menurutnya, di tengah kegerakan oikumene masih saja dapat dijumpai keberadaan gereja yang bersikap ekslkusif, bahkan enggan menunjukkan kepedulian terhadap kesusahan yang tengah melanda sesama gereja itu sendiri. Hal itu, lanjutnya, sungguh berbanding terbalik dengan kisah yang dituliskan di perikop tersebut. “Empat orang ini bisa pergi sendiri-sendiri kepada Tuhan Yesus, tetapi tidak mereka lakukan. Karena gereja itu bisa bersama-sama di dalam hidupnya, maka gereja bisa berkarya optimal karena melibatkan gereja yang lainnya,” papar mantan Sekretaris Umum Majelis Pekerja Harian Sinode GKP periode 2002-2007, itu.
Hamba Tuhan yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PGIW Jakarta itu kemudian menggunakan sebuah perumpamaan tentang sifat natural hewan di alam bebas, dikaitkan dengan konteks kehidupan bergereja saat ini. “Ada binatang yang kuat dan tidak membutuhkan kehadiran binatang yang lain. Hidupnya soliter, pergi sendiri, makan sendiri. Gereja bisa (hidup soliter), tetapi itu bukan karakter gereja. Gereja tidak memiliki tipologi seperti itu, itu bukan karakter gereja. Watak gereja bukan hidup sendiri, mencari kesenangan sendiri, dan kuat sendiri. Karakter gereja adalah membangun, membentuk komunitas di dalam persekutuan,” jelas Supriatno.
Momentum untuk Merangkul
Seusai ibadah, pengucapan syukur HUT 54 PGIW Jakarta dilanjutkan dengan sebuah perayaan sederhana bersama dengan 67 perwakilan gereja anggotanya. Di kesempatan itu PGIW memberikan kesempatan kepada Pembimas Kristen Kemenag Kanwil DKI Jakarta, Lisa Mulyati S.Sos., M.Si, untuk menyampaikan kata sambutan. Selain mengucapkan selamat, Lisa ikut berpesan bahwa saat ini PGIW sebagai lembaga aras terbesar di Jakarta masih memiliki sebuah Pekerjaan Rumah yang menunggu untuk diselesaikan. “Usia 54 tentunya sudah tidak muda lagi. Di dalam organisasi pastinya PGIW Jakarta ini sudah mengalami jatuh-bangun. Bagaimana PGIW sebagai aras yang paling besar di Jakarta ini bisa merangkul gereja-gereja yang menjadi anggotanya. Gaung ini harus terus-menerus disampaikan, bahwa keberadaan lembaga aras yang paling besar ini harus terus merangkul yang bawah,” ujar Lisa.
Sementara itu Sekretaris Umum PGIW Jakarta Pdt. Ferry Simanjuntak M.Th menghendaki di usia 54 tahun PGIW dapat menjadi pengingat bagi tiap pimpinan gereja anggota untuk bersikap proaktif dalam mendukung arak-arakan oikumene di Jakarta. “Ini merupakan momen sukacita. Karena momen-momen seperti inilah yang ditunggu supaya kita bisa berjumpa dengan berbagai macam denominasi gereja yang secara khusus menjadi anggota PGIW,” ujar Ferry usai perayaan, mewakili Majelis Pekerja Harian.
Pelopor Rekonsiliasi
Ungkapan selamat atas 54 tahun usia pelayanan juga disampaikan oleh sejumlah pihak gereja yang menjadi anggota PGIW Jakarta. Salah satunya datang dari Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI). Aktivis gereja yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi GKSI, Willem Frans Ansanay SH., MH, berkata peran PGIW telah sangat baik dalam mengakomodir kepentingan gereja anggotanya. Kepada awak media Frans menyampaikan harapannya agar ke depan pelayanan PGIW tidak lagi bersifat pastoral semata, namun turut merambah kepada model pelayanan pastoral yang mendukung proses penyelesaian permasalahan dari gereja anggota mereka, berdasarkan berbagai perspektif. “Kita harapkan tokoh PGIW, pengurus, para pendeta, atau unsur-unsur pimpinan yang ada di sana selalu mengedepankan dialog dua arah seperti yang sudah-sudah. Sehingga gereja-gereja, termasuk Gereja Kristen Setia Indonesia yang mengalami degradasi karena dualisme kepemimpinan, pasca ulang tahun PGIW ini (diharapkan) ada sesuatu yang lebih berarti,” ungkap Frans Ansanay.
Frans yang hadir bersama dengan Ketua Sinode GKSI Pdt. Marjiyo S.Th dan Sekum GKSI Pdt.Yus Selly M.Pd.K, juga menyampaikan apresiasinya atas kepemimpinan PGIW hari ini. Hal itu diungkapkan Frans karena menurutnya Ketua, Sekretaris Umum dan unsur pimpinan PGIW lainnya sedari awal telah meletakkan dasar rekonsiliasi bagi penyelesaian sengketa yang dihadapi oleh GKSI. Dia kembali berharap pola seperti itulah yang dapat dijadikan PGIW sebagai dasar pelayanan pastoral ke depan. “Dan harapan kami adalah setelah memahami persoalan, PGIW harus kemudian juga memberikan kepastian terhadap gereja-gereja yang bersengketa. Kalau memang ada yang ingin rekonsiliasi, direspon, kemudian diberikan tanggungjawab untuk mengagendakan pertemuan rekonsiliasi internal, setelah itu dilaporkan kepada PGIW. Supaya semua terkait dengan persoalan-persoalan gereja yang bersengketa itu poin penyelesaiannya lebih kelihatan, jangan mengambang,”
Frans melanjutkan PGIW Jakarta memang lebih responsif menyelesaikan kasus GKSI dibanding yang lain.
Di penghujung wawancara, Frans Ansanay meminta supaya segenap pengurus PGIW Jakarta mampu mempertahankan tiap capaian positifnya seperti yang telah dilakukan selama ini. “Karena itu saya mengucapkan selamat kepada PGIW Jakarta dalam ulang tahunnya ke-54. Harapannya semoga dengan bertambahnya usia dapat semakin matang, dan pasti banyak hal yang dibuat dalam rangka menjaga keseimbangan gereja-gereja di DKI Jakarta. Komunikasi dengan pemerintah cukup bagus. Dengan stakeholder, lembaga pemerintah yang lain baik seiman maupun non, saya melihat kepemimpinan yang sekarang ini cukup memberikan makna bagi kebersamaan gereja-gereja dan kebersamaan umat manusia di wilayah DKI Jakarta dari berbagai latarbelakang agama dan kepercayaannya,” tutur Frans Ansanay.
Sinergi Program
Ketua Panitia HUT 54 PGIW Jakarta Ir. Edward. B.P. Sitorus M.BA, saat ditemui di kesempatan yang sama menjelaskan tentang rangkaian acara yang telah dilaksanakan oleh PGIW dalam rangka memperingati hari jadinya tersebut. Kegiatan diawali dengan Konven Pendeta se-Jakarta yang digelar pada 27 Mei di POUK Halim Perdanakusuma, kemudian dilanjutkan dengan lomba Jalan Sehat, Tenis Meja, Cerdas Cermat Keluarga, Lomba Senam Tobelo, dan Futsal antar gereja yang diselenggarakan di Pusat Oikumene Jakarta pada 1 Juni lalu.
Selain menyelenggarakan sejumlah kegiatan ekumenis, PGIW Jakarta juga berupaya merealisasikan rancangan program yang telah disusun sejak 2 tahun lalu, bersamaan dengan diselenggarakannya rangkaian kegiatan HUT ke-54. Dari penjelasan Edward, sinergi program yang dimaksud berbentuk kunjungan pelayanan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sekaligus bakti sosial yang akan berlangsung di tanggal 18 Juni. “MPH PGIW Jakarta ini sudah merancang program sejak 2 tahun lalu, namun pelaksanaannya tertunda. Saya selaku panitia dan bagian dari MPH ini mengemban amanat agar kegiatan panitia HUT bisa disinergikan dengan program MPH. jadi sebenarnya pelaksanaan pelayanan di Lapas dan bakti sosial ini merupakan bagian dari program MPH PGIW,” kata Sintua di Huria Kristen Indonesia jemaat Pulomas, itu.
Lebih lanjut Edward juga menerangkan soal latarbelakang kunjungan pastoral kali ini, di mana PGIW Jakarta memilih sebuah Lapas yang terletak di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, untuk dijadikan sebagai lokasi ibadah. Selain mendoakan para narapidana di sana, mereka juga berencana untuk membagikan sejumlah kebutuhan pokok. “Yang penting kami akan mengadakan ibadah di sana, lalu kita akan mengadakan bakti sosial di tempat itu pula berupa pembagian makanan ataupun pakaian,” tutup Edward.
0 Response to "Peringati HUT ke 54 PGIW DKI Jkt Dengan Banyak Lomba"
Post a Comment
1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL
Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.