Para Ibu dan Majelis Jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon, Cianjur, Jawa Barat mempersiapkan paket sembako untuk dibagikan pada Jemaat. |
Di dominasi pemuda dan ibu, mereka mengikut penyuluhan narkoba, pengenalan dunia jurnalis dan penyegaran iman. Yang terakhir ini khusus dilayani oleh Pdt Dr John Weol. Ketua MD GPdI DKI Jakarta ini dalam kotbahnya mengingatkan bahwa anak Tuhan harus beriman yang menyala-nyala dan tidak mudah goyah. Berangkat dari keinginan menjadi organisasi yang berdampak bagi masyarakat, baik dalam profesi pekerjaan maupun interaksi sosial kemasyarakatan, Pewarna Indonesia melakukan kunjungan, Bakti Sosial ke jemaat GKP Palalangon.
Menurut Ketua Umum Pusat Pewarna Indonesia, Yusuf Mudjiono, kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar keinginan untuk menguatkan dan memberi perhatian kepada umat kristiani yang ada di kampung Palalangon, Canjur, Jabar, khususnya jemaat GKP Palalangon sebagai gereja tertua yang ada di kampung yang dijuluki sebagai “Menara Pengintai” tersebut.
Pdt Dr John Weol. Ketua MD GPdI DKI Jakarta berbagi berkat pada sesama |
“Kita ingin meyakinkan umat Tuhan yang ada di sini bahwa kalian tidak sendirian. Kita yang ada di daerah lain selalu perhatian dan peduli kepada saudara kita di kampung Kristen ini,” kata Yusuf saat memberikan kata sambutannya di gedung aula gereja GKP Palalangon.
Tim Baksos Pewarna Mengangkat tema; “Mewarnai KasihNya,” Pewarna Indonesia menurut Ketua Panitia Tenny Deen, selain ingin menjadi berkat lewat tulusan sebagai jurnalis juga mau berbagi kasih kepedulian sosial kepada sesama warga Tuhan.
“Sesama anak Tuhan untuk saling mengasihi. Lewat kegiatan ini Pewarna mau Mewarnai KasihNya kepada jemaat Tuhan di sini,” kata pemimpin redaksi Obor Pantekosta.
Sementara itu, Penasehat Pewarna Indonesia, Pdt, Lukman Pandji mengaku memiliki beban moral kepada umat ktistiani di Palalangon mengingat dirinya juga bagian dari sana.
“Tuhan Yesus pelihara dan menjaga umat Tuhan di sini,” kata Pendeta yang tinggal di kota Bandung, Jabar ini dalam bahasa Sunda kepada jemaat GKP Palalangon.
TIM BAKSOS PEWARNA INDONESIA |
Kegiatan ini diikuti 23 wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia yang berasal dari berbagai media seperti Majalah GAHARU, Wajahnusantaraku.com, Kairospos.com, INSPIRASI, BAHANA, Suara HKBP, Harian Sinar Indonesia Baru, Tabloid Mitra Indonesia, Jawaban.Com, RPK 96.3 FM, HARDLINE FM, Reformata.com, Warningtime.com, Podium.com, onlinekristen.com dan lainnya.
Sekitar enam tahun yang lalu penulis dan rombongan kesulitan mencari wilayah ini karena google map dan waze belum populer seperti sekarang ini jadi rombongan kami bolak balik bertanya pada masyarakat sekitar dimana GKP Palalangon itu, masyarakatnya spontan menjawab oh kampung Kristen itu yah.., masih jauh pak, ikuti jalan ini terus belok kiri, kanan.. dan seterusnya.
Perkampungan Palalangon menjadi kampung Kristen yang eksis di tengah suku Sunda yang Islami. Penduduknya menjunjung tinggi warisan leluhur dan mencantumkan marga di belakang namanya. Tak sulit menebak jika ada orang yang menggunakan nama belakang Nainggolan atau Sitompul. Bisa dipastikan mereka beretnis Batak. Atau jika menggunakan marga Mambu atau Supit. Mereka pasti berasal dari Sulawesi Utara.
Tapi jika nama marga seperti Markhasan, Dantji dan Masad yang disebut, coba tebak dari manakah mereka berasal? Sedikit orang yang tahu bahwa mereka adalah orang-orang Sunda. Demi menjaga tradisi leluhur, komunitas Kristen yang berada di wilayah Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
menerapkan sistem marga ini dalam kehidupan sosial-kemasyarakatannya. “Sistem kekerabatan ini sudah berlangsung lama, bahkan sejak generasi pertama orang Kristen datang ke wilayah ini, semua masyarakat diwilayah ini baik Islam dan Kristen mempunyai tali persaudaraan secara turun temurun” kata Pdt. Adi Kristianto pada kami.
Menurut Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan GKP Palalangon (disusun oleh Pdt. Alex Fernando Banua, S.Th.), kekristenan di Ciranjang merupakan hasil pelayanan Nederlandsche Zendings Vereeniging (NZV), sebuah lembaga misi pekabaran Injil yang berkedudukan di Rotterdam, Belanda nun di tahun 1901. Karena prihatin dengan kondisi komunitas orang Kristen pribumi, dalam hal ini orang Sunda, NZV mengutus B. M. Alkema untuk mencari lahan yang cocok untuk pemukiman jemaat. Ekspedisi untuk menemukan lahan pemukiman itu dimulai dengan menyusuri aliran Sungai Citarum.
Akhirnya mereka menemukan sebuah hutan untuk dijadikan lahan pemukiman dan menamainya Palalangon (menara). GKP Palalangon adalah gereja tertua di wilayah Ciranjang. Setahun kemudian pada 1902 berdiri Gereja Kerasulan Pusaka di Rawaselang, tak jauh dari Palalangon. Dari dua gereja ini kemudian berkembang beberapa jemaat lokal baru di wilayah itu karena alasan pengembangan atau perpecahan.
Kini tercatat tiga belas gereja lokal yang berdiri di Ciranjang, yakni GKP Palalangon, GKP Sindangjaya, GKP Ciranjang, Gereja Kerasulan Pusaka Rawaselang, Gereja Kerasulan Baru Rawaselang, Gereja Persekutuan Injili Eliezer, GPdI Pasirnangka, Gereja Pantekosta Ciranjang, GKI Ciranjang, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, GBI Pembaruan dan Gereja Persekutuan Oikumene Indonesia (GEPKOIN). Potret Kerukunan Beragama Dengan motto ‘Gerbang Marhamah’ (Gerakan Membangun Masyarakat Berakhlakul Karimah), Cianjur adalah salah satu kabupaten yang menerapkan Syariat Islam. Meski demikian tidak ada gesekan dan permasalahan berarti bagi warga Nasrani di Kecamatan Ciranjang. Potret toleransi terlihat ketika ada warga yang meninggal. Masyarakat Kristen – Muslim, bahu-membahu untuk mengurus segala keperluan dan perlengkapan hingga pemakaman dilaksanakan.
Wajah Kerukunan beragama masyarakat Sunda
Wajah Palalangon ini merupakan gambaran pluralisme toleransi umat beragama masyarakat Sunda peninggalan leluhur Nusantara yang harus dilestarikan dan menjadi contoh untuk DKI Jakarta yang karena berbeda pilihan politik tidak mau mensholatkan Jenazah sungguh miris prilaku orang orang seperti ini, sementara budaya asli Indonesia tidak seperti itu.
Pada akhir tulisan ini kami berharap para pembaca datang dan berkunjung ke GKP Palalangon melihat dan menjalin tali kasih bagi sesama, mungkin bisa membantu meningkatkan perekonomian warga setempat dengan membeli beras cianjur yang terkenal itu atau membeli selimut produk masyarakat setempat. (Thony Ermando)
0 Response to "PEWARNA INDONESIA BERBAGI KASIH DENGAN SESAMA"
Post a Comment
1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL
Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.