Wajahnusantaraku.com, Jakarta - Berita meninggalnya Tokoh Agama yang sudah menjadi tokoh nasional KH. Hayim Muzadi Kamis(16/03/2017) pagi jam 6.00 membuat masyarakat kehilangan tokoh pemersatu bangsa beliau dikenal bukan saja di kalangan Agama Islam khususnya NU, tapi sudah sangat dekat dengan agama Kristen/Katolik/Budha/Hindu/Konghucu dan selalu menjadi penyejuk dalam menangani berbagai gesekan yang timbul di masyarakat.
KH Hasyim Muzadi, Tokoh Islam dari NU (Nahdhatul Ulama) ini menyeruak dengan pidatonya yang cukup menggetarkan. Ada satu pidatonya yang masih saya ingat "Jangan membawa Agama ke arena Politik, karena Politik sarat dengan berbagai kepentingan, seandaikan itu dilakukan maka akan terjadi konflik dan peperangan di tingkat horisontal". Nasihat beliau ini seharusnya menjadi renungan para politisi dalam kegiatannya merebut kekuasaan, terlihat jelas dalam proses Pilkada DKI Jakarta dengan spanduk dan ujaran kebencian yang dipasang di tempat ibadah.
KH Hasyim Muzadi berbeda dengan Said Agil Siradj yang statement nya selalu menuai kontroversi. Pidato Hasyim Muzadi ini telah tersebar di sosial media sejak 2014 lalu diyakini sebagai statment dari seorang tokoh besar NU yang telah ditunggu-tunggu umat Islam Indonesia selama ini.
Dalam pidatonya itu, KH Hasyim Muzadi yang juga menjabat sebagai Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) sekaligus Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) secara cerdas menjawab sejumlah tuduhan PBB (perserikatan Bangsa-Bangsa) bahwa umat Islam Indonesia anti toleransi beragama. Dan inilah pidato ‘menggetarkan’ tersebut :
KH. Hasyim Muzadi dimakamkan dengan upacara Militer layaknya sebagai Pahlawan Nasional |
"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia.
Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah AHMADIYAH, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam.
Kalau yang jadi ukuran adalah GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai.
Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi.
Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?
Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM? Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan Jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis ?
Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekedar Westernisme".
Pidato KH Hasyim Muzadi yang berasal dari NU sebagai ormas terbesar di Indonesia ini juga dinilai sebagai penawar rasa haus umat setelah selama belasan tahun umat tidak melihat ketegasan seorang tokoh besar Ulama dari kalangan NU yang berani tampil cerdas dan berani dalam bersikap.
Profil KH. Hasyim Muzadi
Nama: Achmad Hasyim Muzadi (KH Hasyim Muzadi)
Tanggal Lahir: 8 Agustus 1944
Kota Lahir : Bangilan, Tuban,
Jabatan: Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (1999-2004 dan 2004-2009)
Istri : Hj. Mutammimah
Anak : Enam orang (3 putra dan 3 putri)
Ayah : H. Muzadi
Ibu : Hj. Rumyati
Kemampuan Bahasa : Indonesia, Arab, Inggris
Riwayat Pendidikan KH. Hasyim Muzadi
☑Madrasah lbtidaiyah Tuban-Jawa Timur 1950-1953
☑SD Tuban-Jawa Timur 1954-1955
☑SMPN I Tuban-Jawa Timur 1955-1956
☑KMI Gontor, Ponorogo-Jawa Timur 1956-1962
☑PP Senori, Tuban-Jawa Timur 1963
☑PP Lasem-Jawa Tengah 1963
☑IAIN Malang-Jawa Timur 1964-1969
Bahasa 1972-1982
Perjuangan KH. Hasyim Muzadi
☑Membuka Pesantren Al-Hikam di Jalan Cengger Ayam, Kota Malang
☑Anggota DPRD Kotamadya Malang dari PPP
☑Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Malang
☑Anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur 1986-1987
Karir Organisasi KH. Hasyim Muzadi
☑Ketua Ranting NU Bululawang-Malang, 1964
☑Ketua Anak Cabang GP Ansor Bululawang-Malang 1965
☑Ketua Cabang PMII Malang 1966
☑Ketua KAMMI Malang 1966
☑Ketua Cabang GP Ansor Malang 1967-1971
☑Wakil Ketua PCNU Malang 1971-1973
☑Ketua DPC PPP Malang 1973-1977
☑Ketua PCNU Malang 1973-1977
☑Ketua PW GP Ansor Jawa Timur 1983-1987
☑Ketua PP GP Ansor 1987-1991
☑Sekretaris PWNU Jawa Timur 1987-1988
☑Wakil Ketua PWNU Jawa Timur 1988-1992
☑Ketua PWNU Jawa Timur 1992-1999
☑Ketua Umum PBNU 1999-2004
☑Ketua Umum PBNU 2004-2009
☑Anggota DPRD Tingkat II Malang-Jawa Timur
Karya Tulis Buku KH. Hasyim Muzadi:
Membangun NU Pasca Gus Dur, Grasindo, Jakarta, 1999.
NU di Tengah Agenda Persoalan Bangsa_, Logo, Jakarta, 1999.
Menyembuhkan Luka NU, Jakarta, Logos, 2002.
Sumber : Dari berbagai sumber.
0 Response to "Mengenang KH. Hasyim Muzadi"
Post a Comment
1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL
Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.