Tuhan Yesus Pelangi Bagi Orang Percaya
KEJADIAN 9 :
1 - 7
TEKS
9:1 Lalu Allah memberkati Nuh dan
anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah
banyaklah serta penuhilah bumi.
9:2 Akan takut dan akan gentar kepadamu
segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di
muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu
diserahkan.
9:3 Segala yang bergerak, yang hidup,
akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga
tumbuh-tumbuhan hijau.
9:4 Hanya daging yang masih ada
nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan.
9:5 Tetapi mengenai darah kamu, yakni
nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya,
dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia.
9:6 Siapa yang menumpahkan darah
manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu
menurut gambar-Nya sendiri.
9:7 Dan kamu, beranakcuculah dan
bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah
banyaklah di atasnya."
KONTEKS
Nuh adalah anak
laki-laki Lamekh, yang dilahirkan pada saat Lamekh
berumur 182 tahun. Ia dilahirkan 1.056 tahun setelah Adam. Dari 10 generasi
setelah Adam, Nuh adalah orang ketiga yang memiliki umur terpanjang, mencapai
950 tahun. Namanya juga tercatat dalam silsilah Yesus di Lukas 3:36.
Nuh digambarkan
sebagai orang yang benar di antara orang-orang lain yang hidup di zamannya. Kejadian 6:8 mencatat, "Tetapi Nuh mendapat
kasih karunia di mata Tuhan". Pada saat itu, manusia hidup bergelimang dosa sehingga Allah memutuskan untuk
menjatuhkan hukuman dengan bersabda "Aku akan memusnahkan mereka
bersama-sama dengan bumi" Akan tetapi, Allah tidak menghancurkan
segala-galanya. Dia memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera besar
untuk menyelamatkan sebagian makhluk ciptaan-Nya.
Setelah bahtera
itu selesai, Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air merendam bumi
selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut. Nuh menunggu hingga
bumi benar-benar kering sebelum membuka pintu bahtera. Nuh kemudian keluar
bersama keluarga dan semua binatang yang ada di dalam bahtera tersebut.
Setelah Nuh
diselamatkan, Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh dan memberkatinya. Inilah
perjanjian yang pertama dikenal dan bersifat universal karena meliputi seluruh
umat manusia. Di kemudian hari, Allah mengadakan perjanjian pula dengan Abraham, tetapi perjanjian itu dianggap
bersifat lebih khusus. Nama Nuh berasal dari Ibrani נֹחַ, נוֹחַ(Nōăḥ), yang berarti
"hinggap", "menentramkan", "berhenti", atau
"istirahat" (2 Raja-raja 2:15; Ratapan
5:5; Ulangan 5:14).
Arti nama Nuh berdasarkan asal kata tersebut adalah "sabat",
"istirahat", dan "penghiburan". Alkitab hanya mencatat Nuh
memiliki tiga orang anak, Sem,
Ham dan Yafet
yang dilahirkan setelah Nuh berumur 500 tahun, sebelum air bah terjadi. Ketika
Sem berusia 100 tahun, dua tahun setelah air bah, ia dikaruniai Arpakhsad. Oleh karena itu Sem berusia 98
ketika banjir datang. Ham dikatakan sebagai yang termuda. Nama istri Nuh tidak
disebut dalam Alkitab, menurut Kitab Yobel (termasuk dalam kanon Gereja
Ortodoks Ethiopia) namanya adalah Emzara.Tradisi
Yahudi menulis nama istri Nuh adalah Naama (atau Naamah), putri Lamekh dan saudara perempuan Tubal-Kain
Pendahuluan
Nuh dan keluarganya baru saja melewati suatu
peristiwa yang paling mengerikan sepanjang sejarah umat manusia. Semua mahluk
di bumi, kecuali mereka yang ada dalam bahtera telah musnah dalam peristiwa
banjir besar. Mereka keluar dari bahtera sebagai mahluk hidup yang masih
bertahan di planet bumi ini, untuk melanjutkan kehidupan baru sesuai rencana
Allah.
Bumi yang semula dipenuhi mahluk berdosa telah
musnah oleh murka Allah. Namun dibalik murka Allah itu ada celah pengampunan
sebab Allah tidak hanya bermaksud menghukum bumi tetapi juga membaruinya. Nuh,
keluarganya dan segala binatang yang ada dalam bahtera terpilih untuk memulai
kehidupan yang baru itu. Mereka akan menjalani rangkaian sejarah keselamatan
yang telah dirancang oleh Allah.
Orang yang baru saja mengalami ‘perstiwa
mengerikan’ memerlukan jaminan keamanan. Bayangkan betapa traumanya Nuh beserta
keluarganya saat menjalani hidup baru di bumi yang baru saja dilanda air bah
yang mematikan. Ketika hujan turun, mungkin mereka akan cemas. Bagaimana kalau
hujan ini tidak berhenti? Ketika mendengar suara Guntur, mungkin mereka akan
ketakutan. Apakah air bah akan datang lagi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu
akan mengganggu pikiran mereka.
Allah mengerti itu, maka secara sepihak Allah
membuat perjanjian dengan Nuh, keluarganya dan seluruh binatang dan ternak yang
bersama-sama mereka. Bahwa Allah tidak akan memusnahkan bumi ini lagi dengan
air bah. Untuk meyakinkan mereka, sampai berkali-kali Allah mengucapkan
janji-Nya (Kej. 8:21-22; 9:11,15) bahkan membuat ‘tanda’ untuk menguatkan janji
itu (ay 13-14).
Setelah peristiwa air bah, Allah tidak lagi
mengambil solusi hukuman yang membinasakan umat manusia tetapi mengikutsertakan
manusia sebagai mitra-Nya dalam perjanjian keselamatan. Dalam Kej. 9:12-13,
Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku
dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu,
turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu
menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi”. Tanda perjanjian
keselamatan Allah yang penuh anugerah dinyatakan melalui simbol busur (qeset).
Semula dengan busur yang dilengkapi dengan anak panah dipakai oleh Allah untuk
memanah setiap umat yang berdosa, sehingga mereka binasa. Tetapi setelah bumi
dibersihkan dari perbuatan dosa, Allah mengambil keputusan untuk menempatkan
kasih-karunia-Nya yang membarui kehidupan umat yang berdosa. Karena itu simbol
busur (qeset) yang dilambangkan dalam wujud pelangi bermakna
‘tumbuhnya pengharapan dan keselamatan yang baru’.
Busur Allah yang pernah membinasakan kehidupan
umat kini berubah fungsi menjadi busur senjata Penebus dan
Penyelamat bagi umat yang berdosa. Sebagai Penebus dan Penyelamat, Allah
menggunakan busur dan senjata-Nya untuk menjaga dan melindungi umat
agar mereka terjaga dari serangan kuasa maut. Itu sebabnya dosa umat
yang begitu besar tidak lagi menghalangi kasih-karunia Allah terus bekerja
dalam kehidupan ini, sehingga umat dikaruniai pengharapan dan kesempatan untuk
bertobat. Sekaligus busur Allah yang ditampilkan dalam bentuk pelangi untuk
mengingatkan umat agar mereka selalu ingat akan kasih karunia Allah yang
menjaga dan melindungi mereka. Sehingga umat dapat menjaga diri dari dorongan
dan daya tarik dunia seperti yang pernah dilakukan oleh orang-orang pada zaman
Nuh.
Refleksi
Allah
telah berjanji bahwa Dia tidak akan lagi menghukum bumi ini dengan ‘air bah’.
Allah telah memenuhi janji-Nya itu selama lebih dari 4.000 tahun. Sebagai
orang percaya saya yakin dan saya memegang janji Allah itu. Namun demikian kita
harus meresponi janji Allah itu dengan suatu sikap yang bijak, yaitu dengan
menjaga dan memelihara bumi ini sebagai mandataris Allah. Jika Allah sendiri
berkenan menjadikan pelangi sebagai alat untuk mengingatkan diri-Nya akan
janji-Nya sendiri, maka pelangi itu juga harus menjadi peringatan bagi kita,
manusia. Agar kita turut “memegang” janji Allah itu, dengan menjaga dan
memelihara “stabilitas kosmis” sebagaimana dikehendaki-Nya.
Dalam
praktek hidup sehari-hari, betapa sering kita melupakan dan mengabaikan
perjanjian keselamatan Allah yang telah dianugerahkan dalam kehidupan kita. Itu
sebabnya perjalanan hidup tidak lagi kita hayati sebagai suatu ziarah iman,
tetapi sebagai rangkaian panjang petualangan akan dosa. Padahal relasi khusus
yang diikat oleh Allah dalam perjanjian-Nya bertujuan agar kehidupan kita dapat
menjadi suatu ziarah iman di mana kita harus selalu haus akan kebenaran-Nya.
Tetapi ketika rasa haus kita tidak lagi terarah kepada kebenaran Allah, maka
rasa haus kita akan berubah menjadi rasa haus akan kenikmatan dunia ini. Dalam
situasi yang demikian, kita perlu bersikap seperti pemazmur yang berkata: “Beritahukanlah
jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku
berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang
menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (Mzm.
25:4-5).
Dalam
2 Petrus 3:6-7 dikatakan, “dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah
binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh firman itu juga langit dan
bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan
kebinasaan orang-orang fasik.” Nas ini mengingatkan kita bahwa air bah
tidak akan datang, namun api neraka pasti menjadi hukuman bagi orang-orang
berdosa. Mari kita merenungkan ‘pemanasan global’ yang terjadi di zaman ini,
yang jelas-jelas terjadi akibat ulah manusia, meyebabkan bumi ini semakin
panas. Lapisan ozon yang meyelimuti bumi dari sinar matahari semakin
menipis akibat emisi (pengeluaran) karbondiokasida yang berlebihan yang
berasal dari pembakaran hutan, asap pabrik, kendaraan bermotor dan gas. Oleh
karenanya, panas sinar matahari yang sampai ke bumi pun berlebihan. Di Amerika,
pada tahun 2005, ribuan orang mati karena sengatan sinar matahari. Di
Banglades, ribuan orang mati karena kelaparan sebab panas matahari menggagalkan
hasil pertanian. Saat ini juga bermacam-macam penyakit muncul akibata radiasi
sinar matahari. Daya tahan tubuh mahluk hidup pun berkurang oleh karena radiasi
sinar matahari yang membuat cacat kromosom dalam tubuh. Menjadi masuk
akal bahwa Nuh bisa berumur 600 tahun sebelum peristiwa air bah, namum setelah
itu – sampai sekarang ini umur manusia semakin berkurang. Sebab lapisan-lapisan
air yang melindungi bumi sudah banyak tercurah pada peristiwa air bah (Kej.
7:11-12).
Tuhan
Yesus, Pelangi Bagi Orang Percaya
Air
dan api bisa saja memusnahkan mahluk di bumi ini. Namun ada satu jaminan bagi
setiap orang percaya, dimana mereka tidak akan binasa oleh sesuatu apapun.
Dalam Yoh. 3:16 dikatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Tuhan
Yesus Kristus menjadi tanda pelangi bagi setiap orang percaya. Bertobatlah lalu
percaya pada-Nya, dengarlah ajaran-Nya, lakukanlah perintah-Nya, maka kita akan
terhindar dari hukuman Allah dan hidup kekal akan menghampiri kita. Amin.
Sumber:Pdt.
Sisca Todingdatu (Bahan Persiapan IHM/4/8/13/Sjthr)
0 Response to "YESUS PELANGI BAGI ORANG PERCAYA"
Post a Comment
1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL
Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.