Yang menjadi kegelisahan dari Gembala Sidang GKRI Karmel ini
berkaca dari kisah Orang Majus adalah mulai pudarnya spirit dan kegigihan yang
dimiliki gereja dalam konteks perjumpaannya dengan Tuhan, saat ini. Menurutnya
daya juang adalah salah satu modal dasar yang harus dimiliki gereja di dalam
menyembah Kristus.
“Saya kira hari-hari ini gereja kehilangan spirit seperti itu. Tidak lagi di dalam bentuk kekuatan untuk menyembah Tuhan. Ada banyak sekarang orang datang ke gereja tapi bersikap santai. Spiritual Kristus mengajak saya dan saudara, ketika berjumpa dengan Yesus Kristus kita dituntut untuk memahami ada daya juang, ada kegigihan untuk berjumpa dengan Dia,” katanya.
Pendeta Ronny Mandang tak ketinggalan mengingatkan bahwa
persembahan terbaik yang diinginkan Tuhan bukanlah kekayaan, melainkan hati
yang mau mewartakan keselamatan bagi semua umat manusia. “Gereja-gereja di PGLII, lembaga-lembaga di PGLII, dia
mengutus dirinya untuk menjadi misionaris di dunia ini. Kita dipanggil untuk
bersekutu, tetapi kita juga dipanggil untuk pergi memberitakan injil,” tegasnya.
Lebih jauh Pendeta Ronny berujar, di Indonesia sendiri telah
banyak misionaris yang mau memberikan diri mereka bagi sebuah tugas mulia yang
dimaksud. Jejak mereka masih dapat terlihat jelas hingga hari ini, sehingga
dapat menjadi teladan bagi PGLII untuk terus memelihara semangat pewartaan
kabar baik yang dimaksud.
“Saya membuat peta dari Papua sampai sampai Sumatera Utara.
Papua merah karena ada jejak Ottow dan Geissler. Maluku merah karena ada Joseph
Kam, baik menyebar ke Selatan sampai ke Utara. Saudara pergi juga ke Minahasa,
saudara akan bertemu dengan Schwarz dan Reidel, dan mereka dikuburkan di tanah
Langowan. Jejaknya adalah jejak perkabaran injil. Lalu saudara pergi ke
Kalimantan ada Barnstein. Saudara pergi ke Sumatera Utara ada Nommensen. Di
tanah Jawa ada Ki Sadrakh,” ungkapnya lebih lanjut.
Di ibadah dan Perayaan Natalnya sendiri, PGLII membawa tema
“Kami Datang untuk Menyembah Dia”, seperti dikutip dari Kitab Matius 2, ayat
kedua. Secara khusus Ketua Panitia Ibadah dan Perayaan Natal PGLII DR. Inge
Handoko M.Th menjelaskan mengapa tema tersebut dipilih dalam perayaan Natal
PGLII kali ini.
“Tema ‘Kami Datang untuk Menyembah Dia’ untuk menunjukan
komitmen setiap pengurus PGLII baik di tingkat pusat maupun wilayah dan daerah,
bahwa tujuan akhir dari setiap upaya, perjuangan, pengorbanan dan kerja keras
kita adalah untuk memuliakan Dia, Raja segala Raja, yakni Tuhan kita Yesus
Kristus,” ujar Inge.
Pada sesi ibadah, PGLII ikut mengundang Sekretaris Umum PGI
Pdt. Gomar Gultom M.Th, Ketua PGPI Jakarta Pdt. Mulyadi Soleman, Sekretaris
Umum PGLII Pdt. Dr. Freddy Soenyoto dan Ketua Majelis Pertimbangan PGLII Pdt.
DR. Solfianus Reimas untuk ikut serta dalam penyalaan lilin Natal. Salah satu
momen yang ditunggu di perayaan itu adalah dinyanyikannya sebuah lagu yang
dirasa mampu memelihara spirit pewartaan injil, yakni lagu berjudul “La Biar Api Injil Tarus Manyala”. Lagu
tersebut kemudian dinyanyikan bersama-sama oleh semua hadirin.
0 Response to "Lewat Natal PGLII, PGLII Diajak Renungkan Spirit Pewartaan Injil"
Post a Comment
1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL
Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.