Wajahnusantaraku.com, Jakarta - Semangat Sumpah Pemuda 1928 tidak boleh luntur pada generasi muda saat ini, terlebih dengan adanya pengaruh kuat dari luar arus globalisasi ditambah dengan gencarnya sekelompok orang yang ingin memaksakan dirinya dan kelompoknya untuk merubah Pancasila. Memecah belah umat beragama, memecah belah suku suku yang telah lama berkomitmen untuk bersatu padu.
Leo Nababan sebagai pembicara utama dalam Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-88 DPP Persatuan
Wartawan Nasrani (PEWARNA) Indonesia. PEWARNA Indonesia bekerjasama
dengan Dewan Pemuda dan Anak Sinode Gereja Bethel Indonesia, pagi hingga
siang hari ini (28 Oktober 2016) bertempat di lantai 3 Graha Bethel
Indonesia Jl. Ahmad Yani N0.65 Cempaka Putih Jakarta Putih, menggelar
Seminar Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang bertajuk "Quo Vadis Pemuda
Gereja?".
Leo Nababan berkisah tentang
pengalamannya sebagai aktivis pemuda yang banyak mengalami jatuh bangun.
"Saya seperti sekarang ini sudah melewati waktu yang cukup panjang,
puluhan tahun saya berproses sebagai aktivis, saya pernah menjadi
Sekretaris Caretaker GMKI Bogor, pernah menjadi pengurus hingga pimpinan
nasional mahasiswa Kosgoro, hingga menjadi Anggota MPR, pernah juga
menjadi Staf Khusus Menpora, Staf Khusus Menkokesra, Staf Khusus Ketua
DPR, Komisaris beberapa perusahaan, termasuk yang sekarang ini menjadi
Komisaris Independen PT. Sugih Energi, Tbk".
Lebih lanjut Leo Nababan yang pernah menjadi panitia pembangunan
masjid diwilayah tempat tinggalnya ini, dalam pemikirannya terkait
dengan semangat Sumpah Pemuda, dia menegaskan bahwa tidak ada kafir dan
minoritas dalam negara demokrasi, karena itu dia meminta generasi muda
kristen jangan mempunyai pemikiran tentang diri sebagai minoritas.
"Sebagai generasi muda, kalian harus pegang apa yang diajarkan dalam
Alkitab. Katakan iya jika iya, katakan tidak jika tidak, cerdik seperti
ular dan tulus seperti merpati".
Peringatan Sumpah Pemuda ke-88 Pewarna Indonesia bekerjasama dengan DPA Sinode GBI, selain dihadiri puluhan wartawan anggota Pewarna Indonesia, juga sejumlah tokoh seperti Pdt. Dr. Japarlin Marbun (Ketua Umum BPH Sinode GBI), Johny N. Simanjuntak, SH (Ketua Komisi Hukum-HAM MPH PGI, mantan Komisioner Komnas-HAM), Pdt. Dr. Ferry Haurissa (Ketua FKKJ), Handoyo Budhisedjati (Ketum Vox Point Indonesia), akademisi, dan aktivis kepemudaan.
Seminar diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Japarlin Marbun, mengangkat nats renungan dari I Timotius 4:12, Pendeta Japarlin menegaskan bahwa sekarang saatnya generasi muda harus diberi ruang lebih luas, untuk itu generasi yang lebih tua harus mampu mengawalinya dengan memberikan keteladanan, panutan, ataupun contoh perilaku, Sinode GBI dalam saat ini sedang memulai memberi ruang yang lebih luas untuk tampilnya generasi muda.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar, tokoh senior/mantan aktivis pemuda Ir. Leo Nababan (pembicara utama), Lydia Natalia Sartono (Sekjen Vox Point Indonesia, mantan Ketum PMKRI), Sahat Sinurat (Ketum PP GMKI), dan Rolas Sitinjak (Ketua DPD Taruna Merah Putih DKI Jakarta). Seminar yang dipandu oleh Ketua Kominfo-Litbang Pewarna Indonesia Daniel Tanamal (jawaban.com), berjalan dengan dinamika berbagai pertanyaan dan komentar peserta.(TE)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Leo Nababan : Tidak Ada Kafir dan Minoritas Dalam Negara Demokrasi"
Post a Comment
1.Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan
2.No SPAM, No Live link , No Sara , No P*rn
3.Untuk Blogwalking / Mencari Backlink bisa Menggunakan OPENID , Name URL
Komentar yang tidak sesuai dengan isi Konten , Akan Langsung di Delete.